Monday, May 4, 2009

ABSURDITAS KINERJA PERUSAHAAN

ETISKAH MENILAI KINERJA PERUSAHAAN

HANYA DARI LABA?

Sebagai organisasi yang mengejar keuntungan, perusahaan dituntut untuk memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Oleh karenanya, nilai suatu perusahaan akan tinggi apabila dia mampu menghasilkan laba yang besar, dimana hal ini biasanya dinilai dari harga perlembar sahamnya; bagi perusahaan yang sudah go public, sedangkan untuk perusahaan yang tidak go public biasanya akan dicari-cari para kreditur untuk diberikan kredit untuk mengembangkan usaha perusahaan.

Di era krisis ekonomi global seperti sekarang ini, profit adalah barang yang sangat langka sekali. Bisa tetap hidup saja bagi perusahaan adalah anugerah terindah. Tidak ada PHK, gaji karyawan naik tiap tahunnya, kesejahteraan karyawan tidak berkurang namun bertambah, adalah hal yang sangat di dambakan perusahaan-perusahaan sekarang ini.

Hukum keseimbangan alam selalu benar dan jujur apa adanya, disatu sisi ada yang dirugikan dalam kondisi sekarang ini, disisi lain pasti ada yang diuntungkan. Oleh karenanya, jangan heran kalau ada perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama ada yang mengalami kerugian bahkan gulung tikar (bankrut), namun di sisi lain ada juga perusahaan yang bergerak pada bidang yang sama malah melakukan ekspansi (perluasan) usaha. Dan inilah bukti dari hukum keseimbangan alam semesta itu. Yang jadi renungan bersama, apakah etis ketika kita hanya menilai suatu perusahaan hanya pada sisi keuntungan (profit) saja? Dengan mengabaikan berbagai macam hal yang melingkupi aktivitas kinerja perusahaan.

Sekarang ini, penulis melakukan penelitian pada beberapa perusahaan yang bergerak pada bidang yang sama (manufaktur) dengan produk yang bisa dikatakan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya sama. Namun yang jadi bahan renungan bersama, kenapa perusahaan yang besar ini, yang dulunya adalah kebanggaan dari masyarakat termasuk bangsa ini dikarenakan sumbangsihnya yang luar biasa pada perekonomian negeri ini, jadi “berantakan”. Dan bahkan, sekarang perusahaan yang dulu para pekerjanya sering di “bajak” oleh perusahaan besar ini malah tetap eksis bahkan berkembang dengan melakukan perluasan usahanya di tengah deraan krisis ekonomi global.

Ada beberapa hal yang bisa kita bandingkan antara perusahaan besar yang sekarang lagi kolaps ini dengan partner nya yang malahan sekarang berkembang, perbedaannya itu antara lain:

Operasional perusahaan.

Perusahan besar ini bisa dikatakan terlalu dimanjakan dengan kondisi masa lalu yang selalu berpihak kepadanya, sehingga kinerjanya bisa dikatakan asal-asalan saja ketika menjalankan operasionalnya tidak masalah, dan tetap saja laku produknya. Karena pada waktu itu, mendapatkan fasilitas kuota yang besar dibandingkan dengan perusahaanp-perusahaan sejenis yang lainnya. Hal ini sangat berbeda dengan perusahaan yang sekarang baru melakukan ekspansi usahanya. Tata operasional dan budaya kerja yang dilakukan adalah budaya dalam kondisi krisis, dia selalu menaikkan tingkat kinerja organisasi dan memperbaiki terus budaya kerjanya sehingga lebih efisien dan efektif. Sebagai misal, kalau kita umpamakan pada masa perjuangan dulu, kondisi bangsa ini dalam keadaan krisis. Maka segala upaya akan diusahakan, agar tujuan kemerdekaan tercapai. Bahkan kalaupun untuk mencapai kemerdekaan itu kita harus berkorban nyama, maka rakyat akan mempersilahkan dan dengan suka rela akan melaksanakannya. Sangat berbeda saat ini, dimana banyak orang ingin hidup enak, namun enggan melakukan kerja dengan keras. Dan seperti itulah kalau kita umpamakan kinerja operasional dan budaya yang dibentuk oleh kedua perusahaan tersebut, sangat bertolak belakang. Untuk kasus yang satu ini, perusahaan yang sedang melakukan ekspansi bisa dijadikan benchmark yang baik untuk membentuk budaya dan kinerja operasional organisasi.

Pertanggung jawaban sosial / moral.

Perusahaan besar tadi melakukan aksi sosial yang begitu besar kepada masyarakat sekitar, tidak hanya memberikan beasiswa kepada para anak sekolah di sekitar lingkungan pabrik, memberikan bantuan dana ketika dibutuhkan untuk kepentingan kampung sekitar, sampai dengan tanggung jawab moral berupa penanganan limbah industrinya juga dilaksanakan. Banyak biaya-biaya CSR disediakan karena ini memang merupakan tanggung jawab moralnya sebagai perusahaan kepada steakholdernya. Tidak terkecuali, kesejahteraan kepada para karyawannya juga sangat diperhatikan. Tidak hanya ikut program Jamsostek, perusahaan juga memberikan asuransi Jasindo, Asuransi Kesehatan juga ada. Banyak fasilitas yang diberikan kepada steakholder perusahaan. Hal ini sangat berbeda dengan perusahaan sejenis yang baru melakukan ekspansi usaha. Untuk masalah kesejahteraan ke karyawan sangatlah minim, apalagi kepada kepada masyarakat sekitarnya. Penanganan limbahnya juga tidak sebagus perusahaan besar tadi, sering terjadi pencemaran lingkungan karena pembuangan limbah yang seenaknya oleh perusahaan tadi. Tapi yang jadi ironi, para masyarakat sekitar tidak berani melakukan langkah protes kepada perusahaan karena semua sudah pada tahu bahwa perusahaan memiliki “security bersenjata” yang di segani oleh lingkungan sekitar.

Dari penjelasan singkat diatas, apakah layak kita hanya menilai keberhasilan atau kejayaan perusahaan hanya di lihat dari aspek profitabilitas (kemampuan menghasilkan laba), atau keberhasilannya untuk melakukan ekspansi (perluasan usaha) saja. Kalau menurut hemat penulis, bahwa keberhasilan sebuah perusahaan, kejayaan sebuah perusahaan bisa dilihat pada semakin bertambah nilai yang diberikan perusahaan kepada para steak holdernya. Lebih terkhusus lagi permasalahan yang terkait dengan kesejahteraannya.

Jangan hanya melihat kemampuannya saja untuk menghasilkan laba, namun juga lihat kemampuannya untuk meningkatkan kesejahteraan kepada pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan.






No comments: