Friday, February 4, 2011

DIKLAT PRAJAB GOLONGAN 3 FORMASI UMUM ANGKATAN 5 TAHUN 2011 PEMPROV. JATENG


NO. NAMA (INSTANSI)

1 LILIK BUDI IRWANTO (BADAN DIKLAT)
2 FITRIANIZ AGUSTIN (KETAHANAN PANGAN)
3 LISTYA PUSPITA SARI (KETAHANAN PANGAN)
4 ARIADI WIBOWO (LITBANG)
5 ADITYA KUSUMA NUGRAHA (BAPEDA)
6 ANITA DIAN P (BAPEDA)
7 AGUS SETIAWAN (BANGDA)
8 ANDI RINTO P (HUMAS)
9 RIEKA HAPSARI K (HUMAS)
10 ADIGANA P (HUKUM)
11 BANA BAYU WIBOWO (HUKUM)
12 OVIE TRI W (BKD)
13 SODIKIN (BKD)
14 LILIK SUGIARTI O (ESDM)
15 MARIA CHOIRUNISA (ESDM)
16 KARTIKA A (KEHUTANAN)
17 JATI KARTINAWATI (KESEHATAN)
18 HENI KRISTIANA (KESEHATAN)
19 DIAN EKO SUSANTI (KOPERASI & UMKM)
20 TAUFIQ RAKHMAN (PERINDAG)
21 WENDI SUTARMAN (PERINDAG)
22 PRASETYO NUGROHO (PETERNAKAN&KESWAN)
23 VERA HARI D (PSDA)
24 YUDI ISKANDAR (PSDA)
25 UMI ROKHANA (SOSIAL)
26 RILLA FIFTINA HADI (RSJD AMINO SMG)
27 HAPSORO HARYO BASKORO (RSJD SOEDJARWADI KTN)
28 ISTI HANIYATUN KHASANAH (RSUD MOEWARDI SOLO)
29 LIN MARHAMAH AZIZAH (RSUD MOEWARDI SOLO)
30 ENY MUNFARIDA (RSUD KELET JEPARA)
31 RISMANTO AP (RSUD KELET JEPARA)
32 ETMY KURNIASARI (RSUD MARGONO PWKT)
33 GATOT TUNGGAL HERWANTO (RSUD MARGONO PWKT)
34 MOH SRI HANDOKO (RSUD TUGUREJO SMG)
35 MUTIARAWATI (RSUD TUGUREJO SMG)
36 YB HERU DWI PURNOMO (RSUD TUGUREJO SMG)
37 RETNO WIDIASTUTIK (SEK. BAKOORLUH)
38 ROOSTIAN MOORDIANI (SEK. BAKOORLUH)
39 SUSILO MARGONO (SEK. BAKOORLUH)
40 TITIK NAWANG PANGESTI (SEK. BAKOORLUH)

Monday, September 13, 2010

Cintaku

my love


cintaku yang ke dua, 05 Juli 2010.
Maryam Zahrotus Tsaqofah

Monday, May 18, 2009

Strategic Architecture

Arsitektur Strategik

Kondisi yang selalu berubah dan tantangan demi tantangan yang silih berganti menghampiri perusahaan yang harus kita kelola, sehingga membutuhkan perencanaan strategik yang jitu dan implementasi yang tepat pula. Oleh karenannya, dalam pembuatan strategi yang dibikin, kita harus melakukan tahapan-tahapan sebagaimana berikut:

Pertama, Analisa Lingkungan.

Ketika pertama kali kita mau membuat strategi, sebagai pengelola perusahaan, kita dituntut untuk mampu menilai kemampuan dari perusahaan yang kita kelola. Banyak hal yang bisa kita nilai, sebagai contoh terkait dengan kemampuan SDM yang kita miliki, kemampuan operasional perusahaan terkait dengan kemampuan fasilitas mesin yang kita miliki, kemampuan perusahaan untuk membuat produk, kemampuan perusahaan dibidang financial dan masih ada banyak hal yang harus kita ukur dari kemampuan perusahaan yang kita kelola. Hal ini sering kita sebut dengan istilah self assessment. Dari sini, kita juga dituntut untuk menilai sejauh mana kemampuan perusahaan tersebut mempengaruhi lingkungan eksternal yang mengeliling organisasi ini, dan sejauh mana juga lingkungan eksternal tersebut mampu mempengaruhi perusahaan yang kita kelola.

Lingkungan eksternal disini, sebenarnya dapat kita pecah kedalam dua kategori yakni Lingkungan Eksternal Makro dan Lingkungan Eksternal Mikro. Secara sederhana, pembeda dari kedua lingkungan ini adalah, sejauh mana keterkaitan permasalahan eksternal tadi mempengaruhi kemampuan perusahaan yang kita kelola, apabila pola keterkaitannya secara langsung, maka bisa kita kategorikan lingkungan mikro, sebagai contoh adalah pelanggan, pemasok, pesaing, produk substitusi, dan lain sebagainya yang sejenis. Sedangkan untuk lingkungan eksternal makro dapat kita ambil contoh adalah kondisi luar perusahaan seperti “Ipoleksosbudhankam” yakni Ideologi, Politik, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan. Atau bisa juga permasalahan-permasalahan lainnya, yang keterkaitannya dengan perusahaan kita tidak secara langsung.

Menurut Porter, dalam melakukan analisa, sebenarnya kita bisa melihat beberapa hal berikut ini, untuk menilai kemampuan dan posisi dari perusahaan yang sedang kita kelola, diantaranya adalah:

  1. Daya tawar dari konsumen kita.

    Semakin unik produk yang kita buat, semakin butuh konsumen dengan produk kita dan tidak adanya pilihan produk lain, selain produk buatan kita, maka jelas bahwa daya tawar kita dihadapan konsumen adalah tinggi. Begitu juga sebaliknya. Untuk memenangkan persaingan, idealnya kita memiliki daya tawar yang besar dihadapan konsumen kita.

  2. Daya tawar dari pemasok kita.

    Semakin banyak pemasok, semakin mudah kita mendapatkan material / mesin / sparepart yang kita butuhkan untuk menunjang aktivitas produksi perusahaan kita, maka perusahaan kita memiliki daya tawar yang besar dihadapan pemasok-pemasok perusahaan. Kondisi seperti inilah yang seharusnya bisa kita ciptakan untuk menunjang kemampuan perusahaan yang kita kelola untuk mampu memenangkan persaingan.

  3. Produk pengganti.

    Harapan kita, sebagai produsen apakah produk maupun jasa yang kita hasilkan tidak ada yang bisa menggantikan atau digantikan oleh produk/jasa lainnya baik yang sejenis maupun berbeda, sehingga produk/jasa yang kita buat benar-benar merupakan unik yang dicari oleh pelanggan-pelanggan kita.

  4. Halangan untuk memasuki industri.

    Hal ini biasa terjadi apabila industri yang kita tekuni tergolong jenis industri monopoli atau monopsoni. Halangan untuk memasuki industri yang kita geluti bisa berasal dari regulasi yang dibuat oleh pemerintah atau asosiasi dari jenis industri itu sendiri. Ada banyak hal yang bisa di lakukan oleh kita untuk melakukan penahanan masuknya industri baru di bidang yang kita lakukan, semisal dengan melakukan strategi penanganan material industri atau bahkan penanganan masalah pemasaran produk, sehingga industri yang baru mau masuk harus berpikir-pikir ulang untuk memasukinya.

  5. Persaingan sesama industri sejenis.

    Persaingan sesama industri sejenis inilah yang seharusnya kita hindari, daripada melakukan persaingan sesama, lebih baik melakukan aliansi strategis untuk mengembangkan usaha sejenis. Sehingga kedepannya, energi yang diperlukan oleh perusahaan bisa dikatakan lebih sedikit. Namun hal ini juga harus disesuaikan dengan regulasi yang dibuat oleh pemerintah, apakah hal ini diperbolehkan atau sebaliknya. Karena perlu dicermati, bahwa dengan dibentuknya aliansi-aliansi tersebut, akan menyuburkan adanya bentuk kartel dalam industri atau bahkan yang lebih mengerikan adalah monopoli.

Kedua, Menentukan dan Menetapkan Arah Perusahaan.

Pada tahapan ini, organisasi perlu membentuk Visi dan Misi yang ingin dicapai oleh perusahaan. Visi dan misi ini merupakan tujuan dari didirikannya perusahaan, oleh karenanya tujuan dari organisasi harus merefleksikan target yang akan dicapai oleh organisasi tersebut dalam rentang waktu tertentu.

Ketiga, Formulasi Strategik.

Merupakan proses untuk merancang, menyeleksi dan memilih strategi yang lebih tepat untuk diterapkan dari serangkaian strategi yang disusun guna mencapai tujuan organisasi.

Keempat, Implementasi Strategik.

Didalam implementasi strategik, aktivitas utamanya antara lain;

a. Merencanakan dan mengalokasi sumber daya.

b. Membangun struktur dan desain organisasi.

c. Mengelola perubahan strategik.

Kelima, Evaluasi Strategik.

Merupakan proses pemantauan dan pengevaluasian implementasi strategi yang sudah diformulasikan sebelumnya guna memastikan organisasi berada dijalur yang benar.

Ada tiga kriteria yang dapat digunakan antara lain:

  1. Kecocokan (suitability) dengan kondisi lingkungan yang ada.

  2. Kelayakan (feasibility) dengan artian bahwa strategi tersebut dapat diimplementasikan dengan sukses.

  3. Dapat diterima (acceptability) terkait dengan kinerja financial maupun non financial.



Strategic Choice

Pilihan Strategi

Sudah sering kita dengar, bahwa di dunia ini yang pasti adalah adanya perubahan. Hampir dipastikan bahwa semua yang ada didunia ini “berubah”. Berubah atau perubahan kalau dilihat dari sisi kemampuan kita untuk mengelolanya, maka bisa dibagi kedalam dua kelompok , yakni perubahan yang dapat kita prediksikan sebelumnya dan perubahan yang tidak dapat kita prediksikan kedatangannya. Dari kedua hal tersebut, muncul yang namanya “peluang” dan “resiko”. Peluang akan muncul apabila perubahan yang akan datang bisa kita prediksikan sebelumnya. Hal ini bertolak belakang dengan resiko, dimana perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan datang, kita tidak mampu untuk memprediksikannya.

Untuk menghadapi adanya perubahan yang akan datang, perlu sekali dibuatkan pilihan-pilihan strategik sesuai dengan ranah organisasi yang kita kelola. Dalam manajemen modern, sering sekali kita dengar adanya pilihan-pilihan strategik diantaranya;

  1. Strategik Tingkat Korporat.

    Dalam tingkatan korporat, strategi ini berguna untuk memberikan gambaran arah pertumbuhan dan pengelolaan berbagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Strategik korporat ini harus dijadikan sebagai acuan pokok oleh SBU dan Fungsional organisasi dalam membuat strateginya masing-masing.

  2. Strategik Tingkat SBU

    SBU atau Strategik Bisnis Unit, memiliki strategi organisasi dengan maksud untuk meningkatkan daya saing organisasi dalam satu industri yang dimasukinya.

  3. Strategik Tingkat Fungsional.

    Strategi Fungsional dibuat untuk menciptakan kerangka kerja bagi manajemen fungsional seperti Produksi, Keuangan dan sebagainya.

Dalam perkembangannya, begitu kompleknya permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi oleh perusahaan, dan begitu cepatnya perubahan-perubahan yang melingkupi perusahaan perlu adanya penanganan yang secara sistematis untuk memenangkan pertarungan antar perusahaan. Oleh karenanya sekarang muncul yang namanya manajemen strategik. Beberapa orang mendefinisikan bahwa manajemen strategik adalah pendekatan yang sistematik untuk mencapai tujuan organisasi, melalui proses perencanaan yang matang guna menyelaraskan kapabilitas internal organisasi dengan peluang dan ancaman dari lingkungan bisnis yang dimasukinya.

Proses perencanaan yang matang ini tercermin dari tahapan yang dilalui dalam penentuan dan implementasi strategik. Tahapan-tahapan tersebut antara lain;

  1. Tahap analisis dan pilihan strategik.

  2. Tahap implementasi strategik.

  3. Tahap evaluasi strategik.



Survival Company

Perusahaan yang Survive

Perusahaan sesuai dengan tujuan pendiriannya, secara umumnya, pasti diharapkan memiliki usia yang tidak terbatas. Harapan sang pendiri, pasti menginginkan perusahaan yang dia dirikan memiliki rentang usia yang panjang. Syukur-syukur bisa dialihkan kepada anak cucu, generasi berikutnya. Harapan ideal ini tidak begitu saja mudah terwujudkan apabila sang pendiri ketika menjalankan perusahaan tidak memiliki strategi yang jitu untuk mewujudkannya.

Belajar dari perusahaan-perusahaan yang sudah bisa dijadikan “benchmark” karena memiliki prestasi yang bisa jadi acuan, ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Diantaranya adalah;

Pertama, sikap sensitif (adaptif) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang sedang melingkupinya. Dalam falsafah jawa, sering juga kita dengar bahwa, kita sebagai sosok manusia harus “empan papan” tahu diri, tahu kontek yang sedang melingkupi diri kita. Perusahaan juga harus menerapkan prinsip ini, sehingga perlu di ditanamkan sejak dini sikap adaptif/sensitif ini kepada siapapun yang berada dalam lingkungan perusahaan.

Kedua, adanya sikap kohesivitas, kohesivitas disini adalah gambaran adanya perasaan yang amat kuat terhadap identitas perusahaan. Semua elemen yang terhimpun dalam perusahaan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Sehingga ego diri atau kelompok dalam perusahaan dikesampingkan. Sehingga tujuan mereka berhimpun dalam perusahaan semata-mata adalah untuk pencapaian tujuan perusahaan. Semangat inilah yang selalu dipupuk oleh semua insan yang ada didalam perusahaan.

Ketiga, mengembangkan sikap toleran. Maksud dari dikembangkannya sikap toleran adalah diberikannya kebebasan dari setiap insan yang ada di perusahaan untuk melakukan improvisasi, pengembangan ide, kreativitas mereka dengan harapan dengan dikembangkannya sikap seperti ini maka secara langsung akan berdampak pada kemampuan organisasi yang semakin meningkat. Sikap toleran ini dimaksudkan agar tidak adanya sentralisasi kekuasaan, dan kekuasaan tidak dipegang oleh satu orang saja.

Keempat, sikap konservatif terhadap keuangan perusahaan. Maksud dari sikap ini adalah, dikembangkannya prinsip kehati-hatian terhadap penggunaan sumber daya financial yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan harus betul-betul menghitung segala resiko yang akan muncul dan harus dihadapi kedepannya, terkait dengan permasalahan keuangan. Dari sikap ini, diharapkan muncul kecermatan perusahaan dalam mengalokasikan sumber daya financialnya untuk menopang pencapaian tujuan didirikannya perusahaan ini.

Strategi bersaing perusahaan adalah masalah yang harus pertama kali dirumuskan oleh pendiri perusahaan, sebelum membentuk wadah yang bernama perusahaan. Namun perlu di perhatikan bahwa komitmen untuk melaksanakan atau mengimplementasikan strategi bersaing tersebut adalah yang lebih utama. Belajar dari Mc Donald's, banyak orang mempercayai bahwa salah satu kunci keberhasilannya adalah kemampuannya untuk merebut dan memenangkan masa depan karena adanya disiplin yang ketat dalam mengeksekusi dan mengimplementasikan strategi bersaing yang telah ditetapkannya.... (msh).

Monday, May 4, 2009

ABSURDITAS KINERJA PERUSAHAAN

ETISKAH MENILAI KINERJA PERUSAHAAN

HANYA DARI LABA?

Sebagai organisasi yang mengejar keuntungan, perusahaan dituntut untuk memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Oleh karenanya, nilai suatu perusahaan akan tinggi apabila dia mampu menghasilkan laba yang besar, dimana hal ini biasanya dinilai dari harga perlembar sahamnya; bagi perusahaan yang sudah go public, sedangkan untuk perusahaan yang tidak go public biasanya akan dicari-cari para kreditur untuk diberikan kredit untuk mengembangkan usaha perusahaan.

Di era krisis ekonomi global seperti sekarang ini, profit adalah barang yang sangat langka sekali. Bisa tetap hidup saja bagi perusahaan adalah anugerah terindah. Tidak ada PHK, gaji karyawan naik tiap tahunnya, kesejahteraan karyawan tidak berkurang namun bertambah, adalah hal yang sangat di dambakan perusahaan-perusahaan sekarang ini.

Hukum keseimbangan alam selalu benar dan jujur apa adanya, disatu sisi ada yang dirugikan dalam kondisi sekarang ini, disisi lain pasti ada yang diuntungkan. Oleh karenanya, jangan heran kalau ada perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama ada yang mengalami kerugian bahkan gulung tikar (bankrut), namun di sisi lain ada juga perusahaan yang bergerak pada bidang yang sama malah melakukan ekspansi (perluasan) usaha. Dan inilah bukti dari hukum keseimbangan alam semesta itu. Yang jadi renungan bersama, apakah etis ketika kita hanya menilai suatu perusahaan hanya pada sisi keuntungan (profit) saja? Dengan mengabaikan berbagai macam hal yang melingkupi aktivitas kinerja perusahaan.

Sekarang ini, penulis melakukan penelitian pada beberapa perusahaan yang bergerak pada bidang yang sama (manufaktur) dengan produk yang bisa dikatakan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya sama. Namun yang jadi bahan renungan bersama, kenapa perusahaan yang besar ini, yang dulunya adalah kebanggaan dari masyarakat termasuk bangsa ini dikarenakan sumbangsihnya yang luar biasa pada perekonomian negeri ini, jadi “berantakan”. Dan bahkan, sekarang perusahaan yang dulu para pekerjanya sering di “bajak” oleh perusahaan besar ini malah tetap eksis bahkan berkembang dengan melakukan perluasan usahanya di tengah deraan krisis ekonomi global.

Ada beberapa hal yang bisa kita bandingkan antara perusahaan besar yang sekarang lagi kolaps ini dengan partner nya yang malahan sekarang berkembang, perbedaannya itu antara lain:

Operasional perusahaan.

Perusahan besar ini bisa dikatakan terlalu dimanjakan dengan kondisi masa lalu yang selalu berpihak kepadanya, sehingga kinerjanya bisa dikatakan asal-asalan saja ketika menjalankan operasionalnya tidak masalah, dan tetap saja laku produknya. Karena pada waktu itu, mendapatkan fasilitas kuota yang besar dibandingkan dengan perusahaanp-perusahaan sejenis yang lainnya. Hal ini sangat berbeda dengan perusahaan yang sekarang baru melakukan ekspansi usahanya. Tata operasional dan budaya kerja yang dilakukan adalah budaya dalam kondisi krisis, dia selalu menaikkan tingkat kinerja organisasi dan memperbaiki terus budaya kerjanya sehingga lebih efisien dan efektif. Sebagai misal, kalau kita umpamakan pada masa perjuangan dulu, kondisi bangsa ini dalam keadaan krisis. Maka segala upaya akan diusahakan, agar tujuan kemerdekaan tercapai. Bahkan kalaupun untuk mencapai kemerdekaan itu kita harus berkorban nyama, maka rakyat akan mempersilahkan dan dengan suka rela akan melaksanakannya. Sangat berbeda saat ini, dimana banyak orang ingin hidup enak, namun enggan melakukan kerja dengan keras. Dan seperti itulah kalau kita umpamakan kinerja operasional dan budaya yang dibentuk oleh kedua perusahaan tersebut, sangat bertolak belakang. Untuk kasus yang satu ini, perusahaan yang sedang melakukan ekspansi bisa dijadikan benchmark yang baik untuk membentuk budaya dan kinerja operasional organisasi.

Pertanggung jawaban sosial / moral.

Perusahaan besar tadi melakukan aksi sosial yang begitu besar kepada masyarakat sekitar, tidak hanya memberikan beasiswa kepada para anak sekolah di sekitar lingkungan pabrik, memberikan bantuan dana ketika dibutuhkan untuk kepentingan kampung sekitar, sampai dengan tanggung jawab moral berupa penanganan limbah industrinya juga dilaksanakan. Banyak biaya-biaya CSR disediakan karena ini memang merupakan tanggung jawab moralnya sebagai perusahaan kepada steakholdernya. Tidak terkecuali, kesejahteraan kepada para karyawannya juga sangat diperhatikan. Tidak hanya ikut program Jamsostek, perusahaan juga memberikan asuransi Jasindo, Asuransi Kesehatan juga ada. Banyak fasilitas yang diberikan kepada steakholder perusahaan. Hal ini sangat berbeda dengan perusahaan sejenis yang baru melakukan ekspansi usaha. Untuk masalah kesejahteraan ke karyawan sangatlah minim, apalagi kepada kepada masyarakat sekitarnya. Penanganan limbahnya juga tidak sebagus perusahaan besar tadi, sering terjadi pencemaran lingkungan karena pembuangan limbah yang seenaknya oleh perusahaan tadi. Tapi yang jadi ironi, para masyarakat sekitar tidak berani melakukan langkah protes kepada perusahaan karena semua sudah pada tahu bahwa perusahaan memiliki “security bersenjata” yang di segani oleh lingkungan sekitar.

Dari penjelasan singkat diatas, apakah layak kita hanya menilai keberhasilan atau kejayaan perusahaan hanya di lihat dari aspek profitabilitas (kemampuan menghasilkan laba), atau keberhasilannya untuk melakukan ekspansi (perluasan usaha) saja. Kalau menurut hemat penulis, bahwa keberhasilan sebuah perusahaan, kejayaan sebuah perusahaan bisa dilihat pada semakin bertambah nilai yang diberikan perusahaan kepada para steak holdernya. Lebih terkhusus lagi permasalahan yang terkait dengan kesejahteraannya.

Jangan hanya melihat kemampuannya saja untuk menghasilkan laba, namun juga lihat kemampuannya untuk meningkatkan kesejahteraan kepada pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan.